Bajubang News - Kali ini tim Bajubang News mencoba menguak fakta sejarah berdirinya Tugu Perjuangan yang berlokasi di kampung Legok Kelur...
Bajubang News - Kali ini tim Bajubang News mencoba menguak fakta sejarah berdirinya Tugu Perjuangan yang berlokasi di kampung Legok Kelurahan Bajubang.
Seperti yang kami langsir dari buku yang berjudul "Selayang Pandang Keberadaan Tugu Perjuangan Kemerdekaan Di Bajubang" terbitan tahun 1995 yang dicetak pada masa Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jambi (Sekarang Gubernur Jambi) tepatnya pada masa pemerintahan Drs.H Abdurrahman Sayoeti.
LATAR BELAKANG SEJARAH
Didalam buku tersebut tertulis fakta sejarah asal muasal dibangunnya Tugu Perjuangan ini.
Di Bajubang tidak terlepas dari perang kemerdekaan dan palisionel aksi ke-2 Belanda pada tahun 1948.
Yang mana Belanda (NICA) saat itu bertekat menjajah kembali tanah air dan bangsa Indonesia, dengan melakukan pelanggaran setiap perjanjian Internasional Indonesia - Belanda yaitu " Linggar Jati dan Renvile".
Tindakan Belanda diimbangi pihak RI dengan mengadakan perlawanan melalui taktik strategi militer, yaitu : Perang Gerilya serta Politis Internasional dengan Diplomatis.
Agresi ke-2 Belanda (NICA) melakukan serangan ke seluruh Kota, Desa dan Ibu Negara Jogyakarta, tidak terkecuali Ibu Kota Kresidenan Djambi (Jambi sekarang) mendapat serangan dahsyat dengan kekuatan penuh.
Tanggal 29 Desember jam 07.30 WIB, 40 pesawat terbang dengan 20 kapal perang berbagai jenis disertai para trup Belanda menyerbu Jambi. Dengan taktis strategis militer Belanda sudah menguasai tempat-tempat yang sangat vital, seperi tambang minyak.
Untuk menghindari kemajuan pasukan Belanda, maka pejuang kita membumi hanguskan Kota, Desa dan jembatan penghubung.
Untuk mengamankan tempat-tempat yang strategis, Belanda dengan segala cara melakukan tindakan brutal diluar kemanusiaan.
PERTEMPURAN DI BAJUBANG
Pada jam 14.30 WIB hari yang sama, 29 Desember 1948 dan dalam waktu bersamaan Kenali Asam, Tempino, dan Bajubang diserang dengan pesawat udara dan para trup Belanda.
Khusus serangan Belanda ke Bajubang, ditandai dengan datangnya pesawat-pesawat pemburu dengan melakukan tembakan gencar ke sasaran pasukan TNI STD ( Sub. Teritorial Djambi ) Kompi Bajubang, pejuang Daerah jambi ini pun tidak gentar melakukan serangan balik, dibantu oleh Pegawai PERMIRI ( Pertambangan Minyak RI ) Bajubang (yang sekarang disebut PERTAMINA)
Dengan perlawanan gagah berani pantang menyerah, menggunakan senjata berat ACC / SPN Kaliber 12,7 yang ditempatkan pada beberapa lokasi strategis, tapi sayang senjata tersebut hanya dapat meletus beberapa kali seperti senjata ACC lainnya, akibat sabotase.
Seperti yang kami langsir dari buku yang berjudul "Selayang Pandang Keberadaan Tugu Perjuangan Kemerdekaan Di Bajubang" terbitan tahun 1995 yang dicetak pada masa Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jambi (Sekarang Gubernur Jambi) tepatnya pada masa pemerintahan Drs.H Abdurrahman Sayoeti.
LATAR BELAKANG SEJARAH
Didalam buku tersebut tertulis fakta sejarah asal muasal dibangunnya Tugu Perjuangan ini.
Di Bajubang tidak terlepas dari perang kemerdekaan dan palisionel aksi ke-2 Belanda pada tahun 1948.
Yang mana Belanda (NICA) saat itu bertekat menjajah kembali tanah air dan bangsa Indonesia, dengan melakukan pelanggaran setiap perjanjian Internasional Indonesia - Belanda yaitu " Linggar Jati dan Renvile".
Tindakan Belanda diimbangi pihak RI dengan mengadakan perlawanan melalui taktik strategi militer, yaitu : Perang Gerilya serta Politis Internasional dengan Diplomatis.
Agresi ke-2 Belanda (NICA) melakukan serangan ke seluruh Kota, Desa dan Ibu Negara Jogyakarta, tidak terkecuali Ibu Kota Kresidenan Djambi (Jambi sekarang) mendapat serangan dahsyat dengan kekuatan penuh.
Tanggal 29 Desember jam 07.30 WIB, 40 pesawat terbang dengan 20 kapal perang berbagai jenis disertai para trup Belanda menyerbu Jambi. Dengan taktis strategis militer Belanda sudah menguasai tempat-tempat yang sangat vital, seperi tambang minyak.
Untuk menghindari kemajuan pasukan Belanda, maka pejuang kita membumi hanguskan Kota, Desa dan jembatan penghubung.
Untuk mengamankan tempat-tempat yang strategis, Belanda dengan segala cara melakukan tindakan brutal diluar kemanusiaan.
PERTEMPURAN DI BAJUBANG
Pada jam 14.30 WIB hari yang sama, 29 Desember 1948 dan dalam waktu bersamaan Kenali Asam, Tempino, dan Bajubang diserang dengan pesawat udara dan para trup Belanda.
Khusus serangan Belanda ke Bajubang, ditandai dengan datangnya pesawat-pesawat pemburu dengan melakukan tembakan gencar ke sasaran pasukan TNI STD ( Sub. Teritorial Djambi ) Kompi Bajubang, pejuang Daerah jambi ini pun tidak gentar melakukan serangan balik, dibantu oleh Pegawai PERMIRI ( Pertambangan Minyak RI ) Bajubang (yang sekarang disebut PERTAMINA)
Dengan perlawanan gagah berani pantang menyerah, menggunakan senjata berat ACC / SPN Kaliber 12,7 yang ditempatkan pada beberapa lokasi strategis, tapi sayang senjata tersebut hanya dapat meletus beberapa kali seperti senjata ACC lainnya, akibat sabotase.
KOMENTAR